Selasa, 06 Maret 2012

Kebudayaan Suku Dayak

Kebudayaan Suku Dayak di Pulau Kalimantan saat ini terancam punah.

Masalahnya karena terkait dengan berbagai fenomena perubahan yang tidak pernah berhenti dan adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Adat dayak.

Presiden Masyarakat Adat Dayak Nasional (MADN) Agustin Teras Narang mengungkapkan hal itu dalam pembukaan Rapimnas MADN di Palangkaraya, Rabu(26/5).

Dijelaskannya, dalam arus mordenisasi dan perubahan yang menyertai pembangunan, masyarakat Dayak dihadapkan pada beberapa pilihan sulit seperti apakah mampu mengembangkan jati diri atau tenggelam dan menjadi orang asing di rumah sendiri.

"Karena itu Kebudayaan Dayak berada dipersimpangan jalan, kehilangan identitas, dan mengalami masa transisi," tegasnya.

Pembentukan MADN maupun Dewan Adat Dayak (DAD), menurutnya, jangan dimaknai akan kembali ke masa lampau, atau mengidealkan masa lalu, tapi yang ingin dilakukan yakni menggali lebih intensif dan mendalam akar budaya Dayak.

Karena kadangkala untuk menjaga eksistensinya, suatu masyarakat perlu membenahi diri, menjalani proses akulturasi dalam perubahan yang dinamis.

"Menyuarakan hati nurani secara murni memang kadang diterima oleh sementara pihak dengan sikap reaktif dan serta merta diteror dengan kata-kata bahwa kedaerahan itu sempit dan dipengaruhi unsur Sara (suku agama dan ras)," ujarnya.

Menyinggung masalah sering terjadinya konflik tanah antara masyarakat adat dengan pemilik modal yang datang ke Kalimantan, perdebatan konflik mengenai kepemilikan tanah yang diakui secara adat, menunjukan sifat-sifat masyarakat Dayak yang adalah kebudayaannya.

"Dengan demikian perdebatan masalah kepemilikan tanah merupakan perbincangan tentang kebudayaan," tandasnya.

Sementara itu ketua III panitia pelaksana Rapimnas Yansen Binti mengatakan, acara tersebut dihadiri 90 peserta dari perwakilan Dewan Adat Dayak se- Kalimantan dan beberapa daerah seperti Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali dan Sulawesi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar